3.1. Mengenal Tanaman Kelapa Sawit
3.1.1. Asal Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit ( Elais Guineensis Jacq. ) bukanlah tanaman asli dari Indonesia melainkan berasal dari benua Afrika. Kelapa sawit banyak ditemui di hutan hujan tropis negara Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Togo, Angola, dan Kongo (Lubis & SP, 2011). Produk kelapa sawit dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti minyak goreng, kosmetika, sabun, bahan tambahan makanan dan berbagai produk turunan lainnya.
Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung karotenoid yang cukup tinggi, karotenoid merupakan pigmen yang memberikan warna merah kecoklatan, selain itu kandungan utama pada minyak kelapa sawit meliputi asam lemak jenuh palmiat. Mulai abad ke-14 hingga ke-17, buah sawit dibawa dari Afrika ke Amerika. Kemudian menyebar hingga mencapai Amerika bagian timur
3.1.2. Perdagangan Kelapa Sawit
Perdagangan minyak kelapa sawit sudah dimulai sejak abad 19, sedangkan perdagangan kernel dan minyak inti kelapa sawit baru dikembangkan setelah tahun 1832. Perdagangan kelapa sawit sendiri diperkirakan dipasarkan melalui jalur darat, hal ini berdasarkan bukti arkeologi dari penggalian makam di Abydos yang ditemukan beberapa kilogram minyak yang berada pada sebuah bejana, hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit sudah digunakan di Mesir kuno sekitar tahun 3000 SM.
Permintaan minyak kelapa sawit kemudian terus meningkat sejak revolusi industri di Inggris, kemudian pada awal abad ke-19, petani di Afrika Barat mulai menjual minyak melalui perdagangan ekspor serta memproduksi minyak kelapa sawit secara sederhana. Tahun 1900 bangsa Eropa mulai mengelola perkebunan di kawasan Afrika Tengah dan Asia Tenggara. Hal ini kemudian menyebabkan perdagangan minyak kelapa sawit internasional terus meningkat mencapai 250.000 ton pertahun pada tahun 1930.
Antara tahun 1962 dan 1982 terjadi ekspansi yang cepat dari perdagangan ekspor minyak sawit yang sebelumnya 500.000 menjadi 2.400.000 juta ton per tahun dimana negara Malaysia menjadi produsen terbesar di dunia. Sekitar 56% dari total minyak sawit dunia dikuasai oleh negara Malaysia, perkembangan minyak sawitpun semakin berkembang di tahun-tahun selanjutnya.
Kelapa sawit mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1848 oleh pemerintah belanda yang kemudian menanam empat tanaman kelapa sawit, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya bersal dari Hortus Botanicus, Belanda. Tahun 1853 tanaman tersebut berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis, keempat tanaan tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat.
Penanaman kelapa sawit secara luas di Indonesia dilakukan di banyumas (5,6 Ha), dan di Karesidenan Palembang (2,02 Ha) dari penanaman tersebut kelapa sawit di Indonesia bisa berbuah pada tahun ke empat, padahal di negeri asalnya baru bisa berbuah pada tahun keenam hingga ketujuh.
Pada tahun 1911 kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial dengan membuat perkebunan, khususnya di kawasan Sumatera Utara, Lampung, dan Aceh. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet dari kebangsaan Belgia. keunggulan tanaman sawit di Sumatera Utara sudah terkenal sebelum perang dunia ke-2 dengan varietas Dura Deli dengan luas tanam mencapai 5.123 Ha.
Pada tahun 1919, Indonesia mengekspor 576 ton minyak sawit, setelah itu ekspor minyak inti sawit dilakukan pada tahun 1923. Pada masa penjajahan Belanda perkebunan sawit maju pesat hingga mampu menggeser dominasi ekspor negara Afrika. Tahun 1957 pemerintah mulai mengambil alih perkebunan sawit dengan alasan politik dan keamanan. Pada masa itu perkebunan sawit di kelola oleh perwira militer, namun karena keadaan Indonesia yang tidak kondusif membuat Indonesia tergeser oleh Malaysia.
Gambar 2. Distribusi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
Sumber: (Purnama, 2018)
Masa pemerintahan orde baru, pembangunanan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan penghasil devisa. Setelah itu perkebunan sawit di Indonesia meningkat. Menurut Dirjen Perkebunan luas lahan sawit tahun 1986 hingga 2006 menunjukkan peningkatan yang signifikan, khususnya antara tahun 1990 hingga 2006, lahan yang semula 1.126.677 Ha menjadi 6.074.926 Ha.
Referensi:
Lubis, R. E., & SP, A. W. (2011). Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Purnama, S. (2018). Aspek Morfologi dan Botani Tanaman Kelapa Sawit. Samarinda: Indo Gunta Group.
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih anda telah berkomentar di halaman ini, kami akan mempertimbangkan komentar anda untuk kemajuan blog ini.